Awal mula ide gagasan tulisan ini berasal dari salah satu grup wa yang saya ikuti dan akhirnya ini menjadi inspirasi saya menulis kembali. Anda yang membaca pastinya ada yang berkomentar dan berguman dalam hati, kalo cakep pasti seksi, seksinya seperti apa yah ibu guru, dan lain sebagainya.
Namun seksi yang dimaksud disini bukan tentang bentuk tubuh tetapi lebih ke inner beauty seorang guru, Yuk di cek satu persatu hurufnya.
S : Smart
Dalam kata lainnya, guru harus memiliki kecerdasan. Maksud cerdas bukan berarti guru tersebut
pintar di semua bidang ilmu karena guru pun manusia jadi beliau bisa fokus pada satu bidang
studi namun mempelajari pula bidang ilmu lainnya untuk pengetahuan dirinya
E : Elegan
Sosok guru yang bersikap, berprilaku yang elegan tentu amat disenangi siswanya.
K : Karismatik
Seorang guru yang memiliki karisma, tentu dihormati dan disegani siswanya. Siswa ingin
dekat dan mau berbagi kisah dengan guru ini.
S : Solution
Seorang guru diharapkan dapat membantu memberikan solusi/jalan keluar bagi siswanya
yang memiliki kesulitan dalam belajar ataupun masalah dalam pergaulannya.
I : Inovatif
Bila seorang guru inovatif sudah pasti ia adalah seorang yang kreatif. Inovatif lahir karena guru
tersebut kreatif dalam berkarya. Guru yang kreatif dan inovatuf akan memacu siswanya untuk
berkarya melebihi gurunya.
Semoga tullisan ini pun dapat menginspirasi teman-teman pendidik sehingga akan banyak generasi masa depan yang lebih baik dan berkarya demi Indonesia tercinta.
Wassalam
Wiwik Suryandarini
Ingin mengadakan pelatihan Kurikulum 2013, Kreasi Dari Bahan Origami dan Kokoru, Kreasi Balon, Mendongeng, Membuat rencana pembelajaran di rumah dapat menghubungi 081290744451.
sumber tulisan : grup wa Hari Guru Nasional dan Buku Guru Inovatif
sumber foto : Kegiatan belajar Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sawah Besar
Sedangkan kreativitas seperti berfikir bebas, imajinatif, mencoba dan membuat yang baru. Juga membedakan bentuk, warna, komposisi, syair, sajak dan musik, semua hal tersebut didominasi oleh otak kanan.
Bagaimana dengan perilaku anak, baik yang emosional maupun yang spiritual? Otak bagian manakah yang mendominasi? Untuk perilaku emosional seperti pengendalian diri, kasih sayang, tenggang rasa, empati, dan sensitif. Juga tanggung jawab, tekad, kerja keras, disiplin, daya dan tahan, didominasi otak kanan. Sementara perilaku spiritual seperti suara hati, ikhlas, iman, takwa, budi pekerti luhur, didominasi otak kanan dan God spot.
Otak kiri dan otak kanan memiliki potensi yang berbeda. Anak yang lebih berkembang otak kirinya, dia akan lebih aktif tangan kanannya, lebih memiliki kemampuan verbal, berfikir lebih konkret, rasional, konvergen, terarah, intelektual dan analitis.
Sedangkan anak yang otak kanannya lebih berkembang, anak akan lebih aktif tangan kiri, lebih memiliki kemampuan non verbal, abstrak, intuistik, divergen, bebas, emosional dan sintetis.
Seperti diketahui bahwa anak belajar dengan beberapa lingkungan, mulai lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Seiring perkembangan jaman, maka terjadi penambahan lingkungan belajar bagi anak. Di era serba gadget, instan dan praktis, anak lebih menyukai media sosial yang terkoneksi dengan internet sebagai favorit nara sumber mencari solusi pekerjaan rumah (PR) sekolah daripada membaca buku. Dan media dengan segala jenis yang terkoneksi dengan internet inilah lingkunngan belajar baru di era milenial.
Apakah salah?
Menurut pendapat saya, sama sekali tidak salah bila memenuhi beberapa ketentuan atau syarat.
Syarat yang saya maksudkan disini adalah untuk anak pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama:
1. Mendiskusikan terlebih dahulu dengan orangtua atau guru sebelum menggunakan media
2. Orangtua atau guru memberikan rambu-rambu dan pengertian manfaat penggunaan media
dan bahaya media bila menggunakan bukan untuk kebaikan dirinya
3. Orangtua atau guru memberi batas waktu dalam menggunakan media
4. Orangtua atau guru dapat meluangkan waktu mendampingi anak dalam menggunakan media.
Jika anak sudah dapat mengetahui dan mengerti manfaat dan bahaya media, maka ia akan dapat menjaga dirinya dari pengaruh negatif tersebut.
Sebagai oranngtua atau guru, kita sudah berbuat terbaik bagi anak didik maka sertakan doa bagi mereka agar Allah senantiasa menjaganya dan menjauhkan dari segala hal yang dilaang oleh agama.
Mungkin terlihat sepele namun jika kita membiarkan anak menggunakan media dengan tidak bijak bagi dirinya maka kita secara perlahan akan melihat kehancuran di masa depannya. Nauzubillah... semoga Allah mengampuni kita dari segala khilaf yang pernah dilakukan.
Semoga bermanfaaat.
Wiwik Suryandarini
Guru Pembelajar

Alhamdulillah, sekarang telah banyak lembaga yang menyelenggarakan pendidikan pra nikah dan pendidikan bagi calon ayah dan bunda. Bakal menjadi sepasang suami istri ataupun bakal menjadi ayah dan bunda, pastinya banyak yang mengidam-idamkan karena tidak semua orang dapat merasakannya saat ini. Mungkin enam bulan lagi, satu tahun lagi atau beberapa tahun lagi. Oleh karena itu, syukuri dan nikmati prosesnya.
Pekerjaan menjadi orang tua memang tidak membutuhkan gelar sarjana, namun sebagai orang tua, kita tetap harus belajar dan mencari ilmu pengetahuan yang banyak agar mengetahui cara mendidik anak.
Ada beberapa kiat yang ingin saya sharing di sini, Selain berdasarkan pengalaman pribadi, ada beberapa yang saya dapatkan juga dari berbagai sumber ketika saya menjadi peserta seminat ataupun membaca buku :
- Menghadirkan diri dalam kegiatan yang sedang dilakukannya. Jika kita sedang bersama anak dan menemani mereka bermain, upayakan tubuh dan hati kita ada untuknya. Ketulusan dalam menemani mereka akan memiliki magnet luar biasa bagi perkembangannya.
- Mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Saya mempercayai dengan sangat yakin bahwa pendidikan agama wajib dikenalkan mulai dari anak dalam masa kandungan terlebih lagi menginjak usia prasekolah. Dengan mengenalkan agama kepada anak sejak dini maka anak akan memiliki benteng pertahanan yang kokoh dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya. Ada rambu-rambu yang mengingatkan dirinya ketika ia melakukan kesalahan.
- Melakukan interaksi dan komunikasi pada anak. Interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak dibutuhkan sekali dalam menjalin kebersamaan "hati" sehingga ada keterpautan di antara keduanya. Saya pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan karena salah satu anak saya berkata, "Mama, kapan ada waktu ngobrol dengan aku?". Jleb...jleb banget. Dari peristiwa ini saya sadar bahwa bukan hanya saya saja yang butuh mereka tetapi mereka juga membutuhkan saya. Alhamdulillah, sekarang malah lebih banyak ngobrolnya...hehehe
- Mengenalkan dan mengkomunikasi visi keluarga. Setiap rumah tangga pastinya memiliki visi yang baik bagi keluarga walau terkadang tidak sejalan dalam penerapannya kepada anak. Dan disinilah keunikan pasangan untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sebaiknya ayah dan bunda selain membuat visi yang jelas bagi keluarga juga menyepakati cara penerapannya agar tidak salah paham. Setelah itu baru mengkomunikasikannya kepada anak. Misanya saat ini visi keluarga kami adalah dapat menghapal al qur'an. Untuk setiap anak di target dan disesuaikan dengan usia mereka.
- Mengenalkan "Kami adalah Mereka dan Mereka adalah Kami". Dengan mengenalkan konsekuensi setiap prilaku yang anak lakukan maka mereka akan menyadari bahwa prilaku mereka dapat membawa dampak yang baik atau dampak yang buruk bagi orang tua. Kami pun pernah mengalami hal tidak menyenangkan ketika anak ke dua kami, mulai mengenal rokok dan hal tersebut menjadi cambuk bagi suami saya yang saat itu merokok juga. Alhamdulillah, Allah selalu melindungi dan membimbing kami sehingga permasalahn ini selesai dan menyadarkan anak kami.
Apakah Anda pernah melihat ananda berprilaku emosional dan sering meledak emosinya hanya dengan sedikit pemicu?
Saya pernah mengalami hal tersebut dan saya sempat bingung menghadapi anak saya ini. Alhamdulillah, masa kebingungan itu tidak berlansung lama. Saya menemukan akar masalah yang menyebabkan anak saya berprilaku demikian. Anak saya memiliki ketidakseimbangan dalam berpikir.
Sekolah sebagai sarana pendidikan yang berkecenderungan hanya mengutamakn kecerdasan kognitif saja (otak kiri) membuat ketidakseimbangan tersebut dalam dirnya. Maka saya menanyakan kepada anak saya, kegiatan yang ia ingin lakukan selain karate Funakoshi. Terjadilah kesepakatan antara kami berdua untuk kegiatan yang mengembangkan kecerdasan otak kanannya.
Kecerdasan kognitif sebetulnya akan berguna bagi kehidupan apabila didampingi kecerdasan yang ada di bagian otak kanan yaitu kecerdasan afektif. Hal ini lah yang saya coba terus untuk memberi keseimbangan berpikir pada anak-anak saya.
Lalu apa saja yang terlihat jika berpikir seimbang itu ada di kehidupan sehari-hari?
1. Berpikir terbuka dan siap menerima hal baru tanpa berprasangka
2. Berorientasi tidak hanya pada suatu hasil akhir tetapi juga proses
3, Menerima apa yang ada pada pribadinya secara jujur
4. Bebas berpikir dan bertindak, memiliki spontanitas dan refleks yang baik
5. Memiliki empati dan simpati pada lingkungan dan berani mengungkapkannya secara nyata
6. Mandiri dan mampu menyikapi kehidupan dengan baik
7. Percaya diri dan tahu menghargai dirinya serta memiliki motivasi
Secara teori telah dijelaskan di atas dan saya membangun hal-hal tersebut dengan pembiasaan sehingga hal-hal yang berupa etika dapat dilakukan anak tanpa dipaksakan. Hal pembiasaan yang saya lakukan untuk menyeimbangkan anak saya diantaranya adalah :
1. Mendengarkan dan membaca ayat suci al-qur'an
2. Bermusik, dia memilih gitar
3. Berorganisasi
4. Bermain tebak-tebakan
5. Berenang
6. Membereskan dan menaruh mainannya sesuai tempatnya
7. Bertanggungjawab pada tugas rumah harian yang telah disepakati, seperti siapa yang bertugas
menyapu, mencuci piring dan lainnya
8. Mengaji di madrasah
9. Melatih bersedekah
10.Curhat time (biasanya di hari sabtu/minggu)
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat yah.
Wiwik Suryandarini
Founder Komunitas Gurindam
@wiwik_wsurya74
081290744451